Senin, 30 Mei 2011

Misteri Angka 26 (Benarkah Merupakan Tanggal Bencana Bagi Indonesia)

Misteri Angka 26 (Benarkah Merupakan Tanggal Bencana Bagi Indonesia)

Quantcast

26jpg
Mistery Angka 26
Beberapa hari yang lalu sebuah pesan singkat (sms) masuk ke inbox handphone saya, isinya kurang lebih demikian, “Azab besar dari Allah. Tsunami Aceh 26-12-04, gempa Jogja 26-05-06, gempa Tasikmalaya 26-06-10, Tsunami Mentawai 26-10-10 dan Merapi Jogja juga terjadi pada 26-10-10, Bahkan Timnas sepak bola Indonesia kalah dengan Malaysia dengan Score 3-0 pada tanggal 26-12-2010.
Ada apa dengan angka 26 ya? Ternyata dalam Al Qur’an surat ke 26 adalah Asy Syu’ara (Penyair) yang di dalamnya banyak mengandung pengertian tentang Azab Allah. Kirim sms ini ke semua teman-temanmu agar mereka selalu di jalan Allah.” Saat membaca isi sms itu, kontan saya langsung kaget. Betapa tidak, isinya yang begitu unik dan memang ada benarnya juga mengenai sebuah Konklusi sensitif, yaitu tentang azab. Mengapa saya katakan sensitif, ya karena pengertian azab itu sendiri. Bukankah azab sangat identik dengan bentuk kemurkaan Tuhan yang ditimpakan kepada manusia-manusia yang durhaka. Nah, jika menilik isi sms itu, bukankah dapat disimpulkan jika saja memang pada tanggal 26 yang unik itu-karena banyak terjadi bencana pada tanggal itu- adalah tanggal bumi pertiwi ditimpa banyak azab, maka dapat dikatakan bahwa penduduk negeri ini yang kini banyak tertimpa bencana adalah manusia-manusia yang (maaf) “kurang baik”, bukan?. Nah inilah yang saya maksud sensitif bukankah tidak ada satupun wilayah di muka bumi ini yang hanya dihuni sekumpulan orang-orang baik saja, dan sebaliknya tidak ada pula satu jengkal pun tanah di bumi ini yang hanya dihuni orang-orang bejat saja.
Maka dapat dikatakan dengan lebih bijak, bahwa yang sedang menimpa saudara-saudara kita adalah ujian/cobaan sebagai bentuk peringatan kepada semua manusia dan agar rasa persaudaraan sesama manusia kian erat karena seperti yang kita ketahui bahwa –meminjam istilah Grup Slank- mengapa harus tumbuh bencana, baru kita berbuat untuk kemanusiaan. Ya setelah terjadi bencana lah biasanya rasa empati kita sebagai sesama manusia akan kembali tergugah tuk sesegera mungkin bangun dan membantu manusia lain yang sedang mengalami musibah.
Kembali ke isi sms tersebut, beberapa saat setelah saya baca sms itu saya memutuskan untuk mengambil langkah yang lebih bijak, yaitu sesegera mungkin mengambil Mushaf Al Qur’an dan menelaah isi kandungan surat ke 26, yaitu surat Asy Syu’ara. Daripada saya mengirim sms itu ke teman-teman lain dan malah menimbulkan spekulasi-spekulasi tidak jelas di benak mereka maka bukankah menelaah surat ke 26 itu lebih bermanfaat dan bijak, bukan. Sebagai bahan perenungan diri lah. Dalam surat yang berjumlah 227 ayat tersebut memang banyak berisi pelajaran besar dari umat-umat terdahulu. Mulai kisah Musa dan Fir’aun yang ditenggelamkan Allah, kisah Nabi Ibrahim dan bapaknya, nabi Luth dan kaumnya, nabi Hud dan kaum Ad, nabi Saleh dan kaum Tsamud, nabi Syu’aib dan penduduk Aikah. Semua kisah-kisah itu pada intinya mengisahkan pembangkangan-pembangkangan umat seorang nabi kepada ajaran Allah yang dibawa oleh para Utusan Nya. Berikut petikan kisah-kisah yang nampaknya masih ada relevansinya dengan kejadian yang sedang menimpa bangsa ini saat ini.
Kaum Nuh telah mendustakan Para rasul. Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak bertakwa?. Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; Upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku”. Mereka berkata: “Apakah Kami akan beriman kepadamu, Padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?”.
Nuh menjawab: “Bagaimana aku mengetahui apa yang telah mereka kerjakan?
perhitungan (amal perbuatan) mereka tidak lain hanyalah kepada Tuhanku, kalau kamu menyadari. Dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman.
Aku (ini) tidak lain melainkan pemberi peringatan yang menjelaskan”.
Mereka berkata: “Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti Hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan Termasuk orang-orang yang dirajam”. Nuh berkata: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku;
Maka itu adakanlah suatu keputusan antaraku dan antara mereka, dan selamatkanlah aku dan orang-orang yang mukmin besertaku”.
Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (Qs. Asy Syu’ara [26] : 105-122).
Kaum Nuh akhirnya ditenggelamkan, bukankah hal tersebut adalah azab yang sangat besar. Jika Tsunami Aceh, Nias, Mentawai dll masih berkisar pada ketinggian diantara 1-15 meter, maka banjir di masa nabi Nuh sangatlah besar. Karena saat itu hampir seluruh muka bumi ditengelamkan oleh Allah. Dan seperti yang kita ketahui bersama bahwa kapal Nuh akhirnya berhasil berlabuh di bukit/gunung Juddiy setelah banjir terbesar dalam sejarah manusia itu surut. Dan yang disebutkan oleh Al Qur’an sebagai bukit Juddiy itu kini telah ditemukan oleh para arkeolog. Yaitu di sebuah wilayah Turki yang bernama gunung Ararat. Disanalah bahtera Nuh berhasil berlabuh.
***
“Kaum ‘Aad telah mendustakan Para rasul. Ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak bertakwa?. Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan sekali-kali aku tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; Upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah Tinggi bangunan untuk bermain-main*, dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal (di dunia)?. Dan apabila kamu menyiksa, Maka kamu menyiksa sebagai orang- orang kejam dan bengis. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui. Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan anak-anak, dan kebun-kebun dan mata air. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar”. Mereka menjawab: “Adalah sama saja bagi Kami, Apakah kamu memberi nasehat atau tidak memberi nasehat, (agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. Dan Kami sekali-kali tidak akan di “azab”. Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.”(QS. Asy Syu’ara [26]: 123-140)
* Maksudnya: untuk bermewah-mewah dan memperlihatkan kekayaan.
Lantas seperti apa gambaran tingkah laku perbuatan kaum Ad yang melegenda tersebut. Al Qur’an memberi deskripsinya, “…Dan Itulah (kisah) kaum ‘Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, dan mendurhakai Rasul-rasul Allah dan mereka menuruti perintah semua Penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran).” ( Surat Hud [11] : 59). Kaum yang menuruti perintah semua Penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran)? bukankah tingkah laku kaum Hud yang terlaknat ini hampir mirip dengan yang dilakukan oleh beberapa manusia di negeri ini. Begitu banyak kesewenang-wenangan dipupuk di negeri ini dan begitu tidak sedikit kebenaran dan para aktivis pembelanya yang dibungkam di Indonesia ini.
“Maka Kami meniupkan angin yang Amat gemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang sial, karena Kami hendak merasakan kepada mereka itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. dan Sesungguhnya siksa akhirat lebih menghinakan sedang mereka tidak diberi pertolongan.” (QS. Al Fushilat [41] : 16)
Angin yang sangat gemuruh dapat disebut juga topan/puting beliung. Bukankah di berbagai wilayah tanah air banyak yang dilanda angina puting beliung. Adakah azab kaum Ad akan terjadi pula di negeri ini?
***
“…Kaum Tsamud telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka, shaleh, berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, Upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Adakah kamu akan dibiarkan tinggal disini (di negeri kamu ini) dengan aman, di dalam kebun-kebun serta mata air, dan tanam-tanaman dan pohon-pohon korma yang mayangnya lembut. Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin; Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku; Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak Mengadakan perbaikan.” Mereka berkata: “Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir; Kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami; Maka datangkanlah sesuatu mukjizat, jika kamu memang Termasuk orang-orang yang benar. “
Shaleh menjawab: “Ini seekor unta betina, ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air, dan kamu mempunyai giliran pula untuk mendapatkan air di hari yang tertentu. Dan janganlah kamu sentuh unta betina itu dengan sesuatu kejahatan, yang menyebabkan kamu akan ditimpa oleh azab hari yang besar.” Kemudian mereka membunuhnya, lalu mereka menjadi menyesal. Maka mereka ditimpa azab. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti yang nyata. dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (Qs. Asy Syu’ara [26] : 141-159).
Hikmah dari kisah kaum Tsamud yang diazab dengan suara guntur yang sangat keras (QS. Hud [11] : 64-68) ini adalah tentang dahsayatnya sebuah amanah dan hak hidup dan mendapatkan penghidupan bagi semua makhluk Tuhan. Yang ditamsilkan melalui unta betina. Saat ini banyak terjadi di negeri kita para manusianya yang tidak sabar untuk menghormati hak hidup makhluk Tuhan lainnya. Pepohonan di hutan yang berfungsi sebagai organ paru-paru dunia mereka babat habis tanpa ampun dan ada pula yang mereka bakar. Akibatnya? Banjir bandang seperti wasior, longsor, dan kebakaran hutan yang asapnya mencapai negeri sebelah. Dan ada hal lagi, saat hutan dijamah dengan liar, maka para penghuninya banyak yang mengamuk karena rumah tempat mereka mencari makan dan bertahan hidup dirusak. Seperti yang terjadi di beberapa kawasan pemukiman pinggiran hutan di pulau Sumatera dimana banyak harimau ataupun gajah liar yang turun hutan dan masuk wilayah pemukiman dan ladang warga guna mencari makan karena habitat mereka terganggu.
***
“…Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul, ketika saudara mereka, Luth, berkata kepada mereka: mengapa kamu tidak bertakwa?” Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; Upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semeta alam. Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas”. Mereka menjawab: “Hai Luth, Sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar kamu Termasuk orang-orang yang diusir.” Luth berkata: “Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatanmu”. (Luth berdoa): “Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan”. Lalu Kami selamatkan ia beserta keluarganya semua, kecuali seorang perempuan tua (isterinya), yang Termasuk dalam golongan yang tinggal. Kemudian Kami binasakan yang lain. Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu) Maka Amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu. Sesunguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti yang nyata. dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan Sesungguhnya Tuhanmu, benar-benar Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (Qs. Asy Syu’ara [26] : 160-175).
Hari ini bangsa Muslim terbesar di jagad ini hampir saja dijadikan tuan rumah konferensi Gay dan Lesbian se Asia dan nyaris pula dijadikan salah satu negara tempat diselenggarakannya festival film bertema Gay dan Lesbian jika saja tidak ada tentangan-tentangan dari manusia-manusia yang masih waras secara akal dan nurani. Gay dan lesbian adalah fenomena nyata di negeri ini. Para penerus generasi kaum Sodom itu kini kian berani saja menunjukkan nyalinya di negeri ini karena berlindung di bawah slogan kebebasan HAM. Jika dibiarkan maka jangan heran jika suatu saat nanti tanah tempat kita berpijak ini akan dibenamkan oleh Allah seperti yang terjadi pada bangsa Sodom. Maka wajar saja jika pelaku tindakan homoseksualitas yang merendahkan martabat manusia ini dihukum mati di negara-negara yang menerapkan syariat Islam karena sesuai dengan hadis Nabi,
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa mendapatkan seseorang melakukan seperti yang dilakukan kaum Luth, maka bunuhlah orang yang berbuat dan diperbuat; dan barangsiapa mendapatkan seseorang bersenggama dengan binatang maka bunuhlah orang itu dan binatang tersebut.” (Hadis Riwayat Ahmad dan Imam Empat). Dan salah satu bentuk hukuman mati bagi pelaku homo ini adalah dengan cara dijatuhkan dari tempat yang tinggi seperti yang diterapkan di Iran dll. Mungkin menjatuhkan pelaku homo dari tempat yang tinggi adalah gambaran dari kelakuan mereka yang menjatuhkan harga dirinya sendiri dengan tindakannya tersebut. Dan dapat pula merendahkan harga diri bangsa yang mereka diami di mata Tuhan dan bangsa lain. Bukankah harga-harga segala sesuatu di bangsa kita ini semuanya naik kecuali harga dirin (bangsa)nya yang kian menurun?
***
“…Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul; ketika Syu’aib berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak bertakwa?. Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu. Maka bertakwalah kepada Allah dan ‘taatlah kepadaku; dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; Upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu Termasuk orang- orang yang merugikan; dan timbanglah dengan timbangan yang lurus.
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan; dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu.” Mereka berkata: “Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir, dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti Kami, dan Sesungguhnya Kami yakin bahwa kamu benar-benar Termasuk orang-orang yang berdusta. Maka jatuhkanlah atas Kami gumpalan dari langit, jika kamu Termasuk orang-orang yang benar. Syu’aib berkata: “Tuhanku lebih mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Kemudian mereka mendustakan Syu’aib, lalu mereka ditimpa ‘azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah ‘azab hari yang besar. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (Qs. Asy Syu’ara [26] : 176-191).
“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu Termasuk orang- orang yang merugikan; dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan; dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu..” adalah sebuah pesan utama dari kisah kaum Madyan dan nabi Syu’aib. Kisah yang kini nyata terjadi kembali di negeri Indonesia dimana banyak timbangan keadilan yang berat sebelah. Koruptor bebas melenggang dan bebas melanglang buana di luar negeri namun manusia yang mengajarkan kebaikan malah dipenjara (seperti kasus banyaknya penangkapan kaum Muslim baik Ulama, aktivis dan umatnya yang dituduh secara sepihak oleh negara sebagai Teroris). Koruptor diberi remisi dan penyuap hukum diberi fasilitas hotel prodeo kelas hotel Hilton sedangkan Mbok Minah, mbah Marsiah dan para kaum kere lainnya dibui dengan masa hukuman yang lama. Inilah prilaku hukum di negeri kita yang mirip dengan kelakuan kaum Madyan yang akhirnya diazab oleh Allah. Dan satu lagi kelakuan umat Nabi Syu’aib itu yang kini banyak dipraktekkan di negara kita yaitu pelabelan teroris bagi umat Islam yang dianggap fanatic dan lurus. Seperti yang dikatakan oleh Nabi Syu’aib pada kaum Madyan,“Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Qs. Al A’raaf [07] : 86). Beberapa oknum di negara ini melalui media-media massa yang berafiliasi dan berpaham sama dengan mereka selalu berusaha mendiskreditkan umat Islam melalui stigma-stigma dan pemberitaan miring seputar Islam yang bertujuan agar umat Islam tidak ber-Islam secara total agar tidak dianggap sebagai pendukung terorisme. Nah inilah yang dalam bahasa Al Qur’an disebut dengan istilah mereka menakut-nakuti dan menghalangi orang yang beriman dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan apa yang terjadi pada umat Syu’aib yang telah melakukan semua tindakan zhalim itu,
“…Kemudian mereka ditimpa gempa, Maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka, (yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu’aib seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang mendustakan Syu’aib mereka Itulah orang-orang yang merugi. Maka Syu’aib meninggalkan mereka seraya berkata: “Hai kaumku, Sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasehat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?” (Qs. Al A’raaf [07] : 91-93)
Mayat-mayat bergelimpangan akibat gempa kini juga banyak terjadi di Indonesia. Bahkan bukan hanya gempa biasa, namun gempa bumi plus Tsunami. Adakah kisah Kaum Madyan tengah berulang kembali di negeri kita?
***
Kawan jika kita menelaah lebih dalam isi surat Al Qur’an ke 26 ini, maka akan kita dapati di akhir setiap ayat yang mengisahkan kehancuran umat terdahulu setelah diazab oleh Allah, selalu berbunyi “Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang”. Allah sangat perkasa saat menurunkan azabNya pada umat terdahulu dan sangat Maha Penyayang pada umat manusia saat ini yang mana mereka adalah umat Muhammad SAW yang Allah berjanji tidak akan mengazab mereka selama Muhammad masih hidup di sisi mereka (kini meskipun nabi yang mulia itu telah tiada namun ajarannya yang mulia masih ada dan hidup di sekitar kita). Dan bukti kasih sayangNya itu diwujudkan melalui peringatan-peringatan dalam Al Qur’an agar manusia zaman ini tidak mengulang kesalahan yang sama dengan yang dilakukan oleh umat terdahulu. Karena “…Kami (Allah) tidak membinasakan sesuatu negeripun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan; untuk menjadi peringatan. Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim.”(Qs. Asy Syu’ara [26] : 208-209).
Sebagai penutup dari tulisan ini saya sebagai hamba Allah hanya berharap agar para pembaca tidak menganggap semua pendapat saya ini sebagai hal yang spekulatif dan menakut-nakuti serta mencari sensasi semata. Saya hanya menjalankan salah satu perintah Tuhan yang berkata dalam salah satu ayat dalam surat yang kebetulan juga menempati urutan ke 26 dalam Al Qur’an, yang berbunyi,“…Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman.” (Qs. Asy Syu’ara [26] : 214-215).
Note : Angka 26 memang sangat unik karena sering sekali bertepatan dengan terjadinya bencana dahsyat di dunia seperti;
26 Januari 1531, gempa bumi di Lisbon, Portugal. Sebanyak 30 ribu orang tewas
- 26 Januari 1700, gempa di Laut Pasifik. Dikenal sebagai mega earthquake. Daerah pesisir utara dan selatan Amerika luluh lantah oleh guncangannya
- 26 Juli 1805, gempa bumi di Naples, Calabria, Italy. Sebanyak 26 ribu orang tewas
- 26 Agustus 1883, meletusnya Gunung Krakatau. Menewaskan 36 ribu jiwa
- 26 Desember 2004, tsunami di Aceh. Sebanyak 230 ribu orang tewas
- 26 Mei 2006, gempa di Yogyakarta. Ratusan ribu orang tewas.
Namun sebagai manusia beriman, misteri angka 26 yang konon adalah tanggal/hari bencana adalah hal yang ghaib dan tidak seharusnya dibesar-besarkan. Karena yang lebih bijak adalah bagaimana kita menyikapi “pesan langit” di balik angka 26 tersebut yang salah satunya berada pada surat ke 26 yang telah kita telaah bersama-sama ini. Wallahu A’lam Bish showab.

0 komentar: